Senin, 03 Oktober 2011

Lika liku perjalanan hidup di masa SMU

Selepas lulus SMP aku berenam mendaftarkan diri di SMU Negeri 1 leuwiliang Bogor atas arahan dari Pak Gigi ( lupa nama aslinya). Dari berenam akhirnya kembali aku yang lulus satu orang. Dikarenakan aku mang sudah bakatnya gak betah di sekolah negeri akhirnya aku memutuskan sekolah di SMU Kornita IPB Bogor dan ternyata disana pun aku lulus. Kenapa aku memilih kornita karena selain sekolahnya keren, ada mata kuliah bahasa jepang serta sering tukaran pelajar dengan Jepang juga sekolah paling keren dalam hal penampilan yaitu pakai Jas almameter warna Jingga selain itu lingkungan yang asri, tenang, hijau karena ada dilingkungan IPB. Ketika pertama memakai jas almamater wuiiihhhh..keren dan bangga banget. Namun kembali aku cuma bertahan cuma 3 (tiga) bulan disebabkan oleh jarak yang terlalau jauh dari rumah. Selama di Kornita aku sering telat datang, padahal berangkat dari rumah sudah jam 5 pagi ikut mobil pick up yang mengangkut sayuran dan kambing serta orang-orang yang mau kepasar dari kampung. Berangkat jam 05:00 dini hari sampai ke sekolah jam 09:00 pagi, akhirnya setiap hari aku kena hukum operasi semut alias bersihin lingkungan sekolah. Bukan salahku tetapi memang kondisi transportasi yang susah. Mungkin pembaca harus tahu dari rumah aku naik mobil pick up sampai pasar leuwiliang dan dari leuwiliang aku naik angkot jurusan bogor. Nah saat naik angkot ini yang lama karena seringnya angkot ngetem di persimpangan jalan yang ujung-ujungnya aku selalu telat. Berapa kali aku dipanggil guru BP dan aku sudah jelaskan kondisi aku, ada yang mengerti ada juga yang tidak. Di Kornita aku kadang merasa minder karena melihat teman-teman yang sekolah disana kebanyakan orang kaya, orang mampu secara materi sedangkan aku dari gerbang harus jalan kaki ke dalam selama 15 menit sambil lari lari kecil dan aku adalah orang kampung yang miskin.. Saking lelahnya di hukum akhirnya aku memutuskan untuk pindah sekolah mencari sekolah yang lebih dekat. Alhamdulillah kebetulan dari kampung ada yang sekolah di SMU Alhusna atas rekomendasi dia aku disuruh masuk dan mendaftar. Tetapi kejadiaan masa SMP kembali terulang, aku ditolak dikiranya anak nakal karena pindah-pindah sekolah. Namun atas jaminan temenku (mad saca), aku diterima. Di SMU Al husna aku menunjukan diri aku bukan anak nakal.Selama di Al Husna aku menjabat sebagai ketua Osis, ketua kelas dan aku jadi pelajar teladan serta dibanggakan sekolah. Peringkat kelas atau juara kelas aku genggam sampai akhirnya aku pindah ke Batam. Disatu sisi aku punya prestasi, namun disisi lain perjuangan untuk menuju dan pulang dari sekolah sangat pahit. Setiap pagi suka diejek sama anak sekolah lain di bilang kambing "EMBEEEKKK" karena naik mobil nyatu dengan kambing dan sayuran terkadang mobil angkutan pasarpun tidak mau angkut kami karena ongkosnnya murah. Dan ketika pulang juga demikian tidak ada angkot yang mau ngangkut kami karena masalah ongkos murah. Terkadang kami diturunkan di tengah jalan dan harus jalan kaki. Hampir satu tahun waktu berlalu menjalani pahit manisnya sekolah di Leuwiliang. Sampai suatu ketika aku bilang sama teteh di Batam bahwa aku mau berhenti sekolah karena sudah capek dan lelah. Capek jalan kaki setelah 3 tahun masa SMP jalan kaki pulang pergi sekolah dan ditambah masa SMU yang makin jauh jalan kaki. Namun teteh ku (merry) bilang " kamu gak usah berhenti, mau gak loe kalau pindah ke Batam..?", aku bilang aku mau. Padahal tidak pernah terpikir akan melangkah jauh dari kampung. Sekitar awal caturwulan satu kelas dua akhirnya aku berangkat ke Batam. Ada cerita lucu ketika di Bandara,.... bagiku pesawat dan bandara itu adalah hal yang aneh dan baru pertama aku liat. Ketika sampai bandara aku bingung mau kemana. Dengan memikul tas bekas jemaah haji cuma mondar mandir di ruang tunggu bandara ngeliatin orang. Masih inget aku waktu itu pakai kaos playboy dan pakai sepatu yang alasnya sudah bolong dengan celana abu-abu (seragam sekolah). Dengan memberanikan diri setelah 15 menit mondar mandir aku tanya sama security dan aku diarahkan untuk checkin. Ketiak check in juga bingung kearah mana dan ketemu siapa . waktu itu pesawat masih Garuda. Aku perhatikan orang dan dengan keberanian seadanya aku coba ikut ngantri eeehh alhamdulillah bener. Ketika dipesawat aku dapat duduk dekat jendela wahhhhh...aku takjub melihat awan, laut yang biru, gunung dan lain sebagainya antara takut dan bangga aku orang kampung bisa naik pesawat. Padahal dulu aku cuma pernah bilang sma Tuhan ijinkan aku bisa naik pesawat walau hanya sekali seumur hidup..di Hari itu Tuhan mengabulkan keinginanku. Alhamdulillah ya Allahh...kau begitu baik...!! Sesampainya di BAtam aku di Jemput kak Mer dengan suaminya Bang Chua.. Cuma aku kaget yang aku bayangin Batam itu kota metropolis tapi ternyata sebuah pulau yang masih banyak tanah kosong dan gersang. Sampi dirumah aku masih terkagum-kagum aku bisa naik pesawat. Selama di batam pada awal kedatangan Kak Mer mengajaku keliling Batam. Beberapa hari kemudian aku daftar sekolah di SMU Harmoni Batam Angkatan pertama. Inilah sekolah terdekat pertama dari rumah dan aku bisa santai. Ketika malam mata masih susah untuk tertutup karena harus meyakinkan diri apakah ini nyata atau hanya mimpi, aku ada dirantau orang...ditanah orang....Thks Kak Merry aku gak akan jadi sekarng klo bukan karena kak mer...

Selasa, 06 September 2011

Perjuangan Meraih Mimpi dan Prestasi Masa SMP

Pertengahan tahun 1997 aku mencoba mendaftarkan diri masuk sekolah di SMP Muhammadiyah Puraseda. Awal daftar aku langsung ditolah dengan alasan sudah terlalu tua karena aku sempat berhenti 2 tahun. Namun Allah masih mengijinkan aku sekolah berkat bantuan Pak Haji aku di ijinkan untuk sekolah di SMP Muhammadiyah. Ketika aku masuk saat itu 3 hari lagi mau ujian catur wulan satu, hari senin mau ujian kamis aku masuk sekolah. Hari pertama masuk sekolah orang-orang pada melihatku mungkin karena aku yang paling tua hehehe...yach aku cuek saja.
Ujian aku lewati dengan sisa-sisa memori pelajaran 2 tahun yang lalu dan alhamdulillah ketika pengumuman peringkat kelas aku masuk 10 besar. Guru pada kaget dengan prestasi yang cukup bagus. di caturwulan 2 dan 3 aku langsung jadi juara 1 (rangking 1) dari kelas 1 sampai kelas 3 SMP aku dapat beasiswa karena aku selalu rangking 1 alias dapat sekolah gratis.
Selama masa SMP aku aktif di berbagai kegiatan mulai dari Ketua Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM), Ketua Kelas dan tidak terhitung yang namanya ketua panitia event atau kegitan yang diadakan sekolah, paskibraka serta ketua pencak silat Tapak Suci Putra Muhammadiyah. Akus ering atraksi sana sini dan berbagai acara. Di SMP prestasiku cemerlang dihargai adik kelas, dihargai guru dan dikenal luas di kawasan orang tua murid warga muhammadiyah di puraseda dan purasari.Pernah ikut Musda muhammadiyah di bogor.
Namun, prestasi diraih dengan jerih payah dan tenaga disebabkan oleh letak sekolah dan rumahku sangat jauh sekitar 6 km jaraknya. Aku harus melewati sawah, gunung dan hutan. Saat itu kami ada 6 orang yang sekolah 5 orang ke tsanawiyah dan 1 orang ke Muhammadiyah. Maklum orang kampungku masih fanatik dengan orang muhammadiyah yang kata mereka kalau mati tidak di sedekahin. Selama tahun pertama aku sering dapat pertanyaan "kok kamu mau sekolah disana?..gimana nanti kalaa mati khan tidak di sedekahin..?" pertanyaan itu aku cuekin saja yang terpenting dalam pikirku aku sekolah. Tahun pertama sekolah terasa berat aku ber 6 jalan kaki berangkat jam 10:00 pagi sampai kesekolah jam 13:00.. baju basah dengan keringat, kadang kami kehujanan bayah kuyup, sepatu basah dan bau serta buku pun ikut luntur. Jalan dikampungku sudah ada namun belum diaspal saat itu. Kendaraan belum banyak hanya ada mobil pickup pagi kalau siang haya ada kalau kebetulan lewat kalau mau angkut kayu dan hasil ladang. Ojek sudah ada namun karena kami anak sekolah mereka tidak mau angkut disebabkan ongkosnya murah. Jadi kami hanya bisa jalan kaki menghitung langkah.
Suatu hari saat pulang seolah jam 17:00 saat itu hari mendung dan mulai rintik-rintik karena takut kehujanan aku memutuskan naik ojek. Namun ketika sudah ada di atas ojek dan ada penumpang umum lain aku langsung diturunkan lagi karena bayaran ojekku murah katanya..akhirnya aku dan temen-teman jalan kaki. Untuk mempersingat jalan kami mengambil jalan pintas yaitu lewat sawah, pas lagi ada ditengah persawanagn tiba-tiba petir dan hujan deras datang aku ber 6 pontang panting lari tungang langgang mencari tempat berteduh di gubuk tengah sawah..Alhamdulillah kami tidak kena petir padahal daerah tersebut pernah ada orng kena petir dan mati.
Berangkat sekolah kami ber enam tetapi kalau pulang sekolah terkadang aku sendirian. Tsanawiyah jam 4;00 mereka sudah pada pulang sedangkan kalau aku jam 17:30 baru pulang sehingga sampai rumah terkadang sampai jam 19 atau 20 malam.
Tahun kedua sekolah makin terasa melelahkan, capek dan mulai malas. Namun, semangt dan cita-cita pingin jadi orang sukses yang membuatku terus terpacu dan melangkahkan kaki. Aku lihat alas sepatu sudah bolong dan bagian atas juga sudah robek biar tidak kelihatan aku tutup dengan handiplas. Ketika temen tanya aku bilang "keren biar gaul.." padahal memang tidak kebeli lagi. Ku lihat celana juga bagian belkangnya sudah bolong karena sudah setahun gak ganti yang baru ..yach paling aku tambal dengan handiplast. Baju seragampun sudah hitam-hitam terkena keringat dan air hujan.
Dalam perjalanan kami selalu bertukar cerita biar tidak terasa capek dan lelah.. temanku surya selalu crita kalau lulus nanti mau sekolah STM biar bisa perbaiki mobil sedangkan yang lain ada yang mau jadi guru dsb. Aku bercita-cita jadi sarjana hukum biar jadi pengacara yang banyak duit dan terkenal.Salah satu buku yang selalu membuatku termotivasi yaitu dengan judul "PANTANG MENGELUH"..dan ketika aku mengeluh aku selalu baca buku itu. Namun kini buku tersebut entah dimana.
Tahun ketiga sekolah diambang kejenuhan, namun alhamdulillah akhirnya aku lulus dengan predikat baik serta dapat 1 tiket masuk seolah favorite SMU N1 Leuwiliang.

Setahun Jadi Pembantu di rumah Kakak

Setelah mengundurkan diri dari tempat kerja, kemudian aku tinggal sama kakak di Jakarta selatan tepatnya di Manggarai. Disana aku bantu-bantu kakak sebagai pembantu rumah tangga dengan rutinitas menyapu, mengepel,cuci piring, masak nasi dan jaga ponakan. YAng terkadang aku malu adalah ketika harus cuci piring dan kebetulan cuci piring dilakukan di pinggir jalan dimana orang ramai lalu lalang. Tinggal dengan kakak cukup enak namun tidak punya uang.Saat ini ponakan yang aku jaga telah dewasa dan telah masuk SMK bangga juga melihat pertumbuhan ponakan yang dulu aku jaga ketika bayi, semoga jadi anak yang berguna bagi orang tuanya.
Dirumah kakak aku tinggal setahun hampir setiap hari kakak nyuruh aku untuk sekolah lagi di akhir Mei 1997 selama 7 hari berturut aku bermimpi sekolah dan mimpi itu terus terulang. Kemudian aku ceritakan sama kakak dan kakaku bilang " mungkin kamu disuruh sekolah lagi sama Allah..".. Hati b erat mau sekolah tapi akhirnya aku menurut untuk sekolah lagi. Terima kasih Teh atas dukungannya dalam perjalanan hidup ini, ku yakin tak akan jadi skrng tanpa jeripayahmu untuk biayai aku sekolah...

Senin, 05 September 2011

Setahun Jadi Kuli Yang Tidur DiPinggir Got

Setelah kabur dari rumah tahun 1990 dan tinggal dengan teman-teman di perusahaan cake lisa di Jl.Kramat Raya Jakarta Pusat. Minggu pertama aku hanya bantu-bantu membersihakn loyang, menyapu dan membersihkan got. Mungkin karena kasihan akhirnya Cece mengijinkan aku kerja dengan gaji Rp.60.000,- / bulan dan dapat uang makan 5.000 perminggu. Betapa senangnya waktu itu hidup dijakarta mendapatkan pekerjaan tidak terpikir gaji kecil,hak pekerja dsb. Yang terbayang oleh ku dapat duit dan bisa makan serta pulang kampung banyak uang.
Aku bekerja dari jam 7 pagi sampai jam 12 malam tanpa istirahat sedangkan bila akhir pekan mulai dari jam 7 pagi sampai 5 subuh tanpa istirahat dan hanya tidur 2 jam. Tidak terbayang yang namanya Gaji lembur, tunjangan kesehatan, kerja benar - benar seperti romusha.
Dipagi hari aku sudah diteriaki " Jaya bersihakan got atau Jaya bersihkan toilet " dengan senang hati aku akan mengerjakannya. Sambil membersihkan toilet atau got aku sering bernyanyi dalam hati untuk menghibur diri. Ketika ada anak sekolah lewat aku merasa malu apalagi bila mereka menutup hidung dan bilang "Ihh..bau". Selesai membersihakn got atau toilet kemudian pergi kepasar membeli bahan baku kue dengan mendorong troly dan baju bau asam dan amis telur. Banyak orang yang tutup hidung ketika aku lewat. Bila malam datang dan selesai pekerjaan aku akan mencari kardus sebagai alas tidur dan berbantalkan kardus yang disusun. Kadang tidur dibawah meja, kadang dibawah wastafel dan paling sering di pinggir got. Aku tidak peduli dengan tikus-tikus yang berjalan hilir mudik disampingku. walau hanya tidur beralaskan kardus dipinggir got aku bisa memejamkan mata dan mengistirahatkan badan yang capek seharian kerja. Setahun aku bekerja jadi kuli dengan diperlakukan seperti budak hina.
Di bulan ke 11 aku bekerja mulai timbul rasa ketidak puasan dalam diri dan selalu bertanya "akan sampai kapan aku begini, jadi kuli dan bagaimana masa depanku..??"..ketika mencuci loyang bika ambon berdua sama teman aku sering diskusi samapai kapan akan begini trus dan jadi budak. Timbul keinginan kembali ingin sekolah..namun, hati menolak karena tidak mau belajar lagi.Aku tidak mau terikat dengan peraturan sekolah...!" Namun dorongan dan Perasaan hati untuk merubah hidup muncul hampir tiap hari dan ketika lebaran Haji aku memutuskan untuk mundur dari pekerjaan.

Jumat, 02 September 2011

Cerita Awal pernikahan penuh air mata

dalam proses editing cerita

Cerita Awal Kenakalan Sekolah

Aku termasuk orang yang pandai kata orang dalam sekolah dan cukup berprestasi dari SD aku sudah menempati pringkat kesatu dan kedua kalau sekolah dan semasa sekolah aku sering jadi ketua kelas dan pemimpin upacara. jiwa kepempimpinan sudah ditertempa dengan baik. Ketika lulus kelas 6 SD nilaiku paling tinggi dan jadi juara satu lagi se kecamatan. Kemudian aku berniat melanjutkan ke tingkat lebih tinggi yaitu SMP. Ada 6 orang yang ikut seleksi masuk SMP N1 Leuwiliang sekolah paling favorite saat itu dan dari 6 orang itu hanya aku yang masuk seleksi. Karena tidak ada temen aku tidak betah sekolah lebih bnayak bolosnya dibandingkan masuk. Dari rumah aku berangkat pamitan sama umi sampai ke leuwiliang aku nongkrong dipasar menghabiskan waktu dan kemudian pulang. HAmpir 3 bulan aku begitu sampai akhirnya ketahuan sama umi. Aku dipanggil dan di interogasi ujungnya kena tampar dan jewer.
dalam diriku sudah tidak ada lagi minat sekolah yang ada aku pingin kerja seperti orang lain dapat uang, tidak mau ngaji. Suatu hari akhirnya aku kabur kejakarta dan hidup menggelandang. Dijakarta aku tersangkut disebuah perusahaan kek milik ko tinus. Minggu pertama aku hanya bantu-bantu kerja karena ko Tinus nolak aku kerja, jadi untuk numpang tidur dan makan saja aku disana. Satu minggu kemudian akhirnya ku diterima dengan Gaji Rp.60.000,- perbulan dan dapat uang makan Rp.5.000,- / minggu. Jam kerja yang tidak tentu. Dibursa kue subuh senin aku sering nongkrong, berjualan aneka kue. Terkadang ketika aku ke Jakarta aku suka pergi kesana untuk flashback memory. Kenangan pahit dan manis jadi kuli kasar.

Cerita masa kecil penuh derita

Aku lahir tahun 1979 tepatnya bulan juni tanggal 28 di kampung Cisarua Purasari Bogor dari keluarga yang cukup mampu secara materi. Saat itu Ayahku seorang pengusaha karet dan cengkeh yang cukup terkenal di kampung. Selain terkenal karena kayaknya juga terkenal dermawan dan baik hatinya. Dua gunung di kampungku adalah milik keluarga ku hampir semua warga kampung bekerja pada ayahku. Oya Bapaku bernama Haji Muhammad Sarki (alm). Ayahku pernah dua kali menikah, dipernikahan pertamnya memiliki 1 orang anak laki - laki bernama Mamat. Kemudian menikah lagi dengan ibuku dan punya anak 6 yang hidup dan 2 yang meninggal. Aku anak ke 6 dari 6 bersaudara yang hidup. Orang pertama yang meimiliki kendaraan pada tahun 70-an adalah keluargaku.
Memasuki era tahun 70-an ayaku meninggal saat usiaku baru satu tahun padahal saat itu usaha lagi sedang berkembang-berkembangnya, yach mungkin mang Tuhan membuat rencana lain bagi kami yang saat itu masih pada kecil. Kakak ku yang pertama masih sekolah kelas 6 SD sedangkan yang lainnya masih pada kecil. Ayakhu sakit hanya satu hari dimana pagi hari terserang penyakit dan sorenya meninggal dunia.
Dalam kondisi yang tidak siap ditinggalkan tulang punggung sekaligus panutan keluarga hidup kami jadi berubah 360 derajat. Dulu biasa hidup kecukupan dan dihargai orang perlahan tapi pasti hidup kami jadi melarat. Bukan karena tidak ada peninggalan orang tua tetapi keluarga dari pihak Ayah mengambil alih semua asset usaha dan kami tidak disisakan.Semua paman kecuali mang engkos jadi rakus akan harta. Ibu ku yang dulu hanya ibu rumah tangga berubah menjadi tulang punggung keluarga yang harus menghidupi anak-anaknya, banting tulang mencari napkah hanya untuk bisa memberi makan kami. Aku masih ingat waktu itu kakak ku yang paling besar namanya edah sampai tidak jadi melanjutkan sekolah ke SMP karena biaya tidak ada selain itu dia mengalah untuk bekerja kejakarta sebagai pembantu rumah tangga di satu keluarga china demi membantu adik-adiknya sekolah. Kakaku termasuk orang cerdas dan terkenal pintar disekolah tapi karena kondisi semua berubah.

Cerita Awal kehidupan 80-an

Menginjak tahun 1980 kehidupan kami makin morat marit tidka menentu, sindiran halus sering terlontar dari paman-pamanku yang ingin mengusir kami dari rumah satu-satunya tempat kami berteduh. " Khan suaminya sudah gak ada ngapain tinggal disini.." itulah yang sering terlontar dari mulut pamanku. Pernah suatu hari ada pembagian hasil kebun berupa durian kami di kasih satu butir namun dua jam kemudian buah itu diambil kembali dengan alasn yang gak jelas. Sedangkan keluarga lain dapat bagian, hasil kebun yang dulu dijanjikan bahwa kami akan dapat ternyata tidak seindah kenyataan kami tidak pernah dibaginya kami hanya gigit jarinya.
Pamanku yang ada makin rakus mengambil jatah yang seharusnya hak kami sebagai anak yatim. Tahun 1980 - 1986 adalah tahun penuh dengan air mata ibu kami. Kami tercerai berai entah kemana kakak pertama jadi pembatu, kakak kedua jadi pemulung atau pengais sampah di tempat pembuangan sampah di jakarta. Ketika masuk TV (TVRI) kami sangat sedih melihat kakak tercinta bergulat dengan sampah. Kaka ketiga dan ke empat mengikuti jejak jadi pembantu di salah satu keluarga di jakarta sedangkan yang kelima menghilang entah kemana. walau diawal tahun 1990 baru tahu ada di Batam.
Masih terekam baik di memori suatu hari ibu (umi) marah sama kakaku yang kedua entah apa penyebabnya. Hari itu di pagi hari saat mau berangkat sekolah. Aku sedangmakan ubi bakar sarapan pagi dan segelas teh manis. tiba-tiba umi melempar satu butir kelapa yang sudah mau dikupas ke kakaku dan mnegenai punggungya. kelapa pecah dan membasahi baju sekolah kakaku, namun kakaku tetap pergi sekolah.
Ketika kami kecil tidak ada satu keluargapun yang peduli sama kondisi kami hanya umilah yang banting tulang dibantu kakakku yang kerja jadi pembantu yang menghidupi kami. Terima kasih untuk umi....